Posted by : Unknown Sunday, June 23, 2013



بسم الله الرحمن الرحيم
 اَلْحَمْدُ ِلله الذي هذانا لهذا و مَاكُنَّ لنهتَدِي لَوْلاَ ان هذانا الله و الصلاة و لاسلام على سَيِّدِنَا رسولالله مُحَمَّدٍ بن عبدالله
وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ مَنْ وَالاَه . اَمَّا بَعْدُ

Memurnikan Akidah Menebarkan Sunnah Rasulullah dengan Bermadzhab

Banyak sekali sekarang ini fenomena di masyarakat yang mempergunjingkan amalan-amalan seputar bulan Sya’ban, khususnya malam nisfu Sya’ban.

Seperti biasa dengan gegabahnya mereka mengatakan Amalan Malam Nisfu Sya’ban yang dilaksanakan Muslimin di tanah air tercinta ini seperti membaca Surah Yasin setelah shalat maghrib pada malam nisfu sya’ban adalah amalan BID’AH SESAT NERAKA (bagi yang mengamalkan hal bid’ah tersebut). Na’udzubillah min dzaalik.

Menghidupkan malam Nisfu Sya'ban tidak hanya dilakukan di Indonesia saja. Al Azhar sebagai yayasan pendidikan tertua di Mesir bahkan di seluruh belahan dunia selalu memperingati malam yang sangat mulia ini. Hal ini karena diyakini pada malam tersebut Allah akan memberikan keputusan tentang nasib seseorang selama setahun ke depan. Keutamaan malam nisfu Sya'ban diterangkan secara jelas dalam kitab Ihya' Ulumuddin karangan Imam Al Ghazali. Namun tetap saja mereka para anti madzhab menyalahkan jumhur Umat Islam yang membuat acara nisfu sya’ban tersebut.

Sungguh memprihatinkan aksi mereka ini dalam memvonis BID’AH SESAT NERAKA kepada Muslimin yang melaksanakannya, seolah-olah HANYA merekalah yang mengikuti Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah, dan Muslimin yang lain (selain golongan mereka) adalah SALAH dan AHLI BID’AH. Fenomena ini kian semakin meresahkan dilingkungan masyarakat Indonesia, terlebih di Jakarta tercinta ini, mereka mendoktrin pemahaman-pemahaman mereka ini kepada masyarakat awam dengan berbagai cara, terlebih pada media internet yang mereka gunakan demi tersyiarnya pemahaman mereka ini.

Sedikit ulasan kami mengenai keutamaan bulan Sya’ban :

Adapun didalam sejarah kaum muslimin ada yang berpendapat bahwa pada saat itu terjadi pemindahan kiblat kaum muslimin dari baitul maqdis kearah masjidil haram, seperti yang diungkapkan Al Qurthubi didalam menafsirkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

سَيَقُولُ السُّفَهَاء مِنَ النَّاسِ مَا وَلاَّهُمْ عَن قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُواْ عَلَيْهَا قُل لِّلّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَن يَشَاء إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
Yang artinya : “Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata : "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka Telah berkiblat kepadanya ?" Katakanlah : "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus". (QS. Al Baqarah : 142)

Al Qurthubi mengatakan bahwa telah terjadi perbedaan waktu tentang pemindahan kiblat setelah kedatangannya Shallallahu alaihi wa sallam ke Madinah. Ada yang mengatakan bahwa pemindahan itu terjadi setelah 16 atau 17 bulan, sebagaimana disebutkan didalam (shahih) Bukhori. Sedangkan Daruquthni meriwayatkan dari Al Barro yang mengatakan, ”Kami melaksanakan shalat bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam setelah kedatangannya ke Madinah selama 16 bulan menghadap Baitul Maqdis, lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui keinginan Nabi-Nya, maka turunlah firman-Nya, ”Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit.”. Didalam riwayat ini disebutkan 16 bulan, tanpa ada keraguan tentangnya.

Imam Malik meriwayatkan dari Yahya bin Said dari Said bin al Musayyib bahwa pemindahan itu terjadi dua bulan sebelum peperangan badar. Ibrahim bin Ishaq mengatakan bahwa itu terjadi di bulan Rajab tahun ke-2 H.

Abu Hatim Al Bistiy mengatakan bahwa kaum muslimin melaksanakan shalat menghadap Baitul Maqdis selama 17 bulan 3 hari. Kedatangan Rasul Shallallahu alaihi wa sallam ke Madinah adalah pada hari senin, di malam ke 12 dari bulan Rabi’ul Awal. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkannya untuk menghadap ke arah ka’bah pada hari selasa di pertengahan bulan sya’ban. (Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an jilid I hal 554)

Karena letaknya yang mendekati bulan Ramadhan, bulan Sya’ban memiliki berbagai hal yang dapat memperkuat keimanan.

Umat Islam dapat mulai mempersiapkan diri menjemput datangnya bulan termulia dengan penuh suka cita dan pengharapan anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala karena telah mulai merasakan suasana kemuliaan Ramadhan.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

ذاكَ شهر تغفل الناس فِيه عنه ، بين رجب ورمضان ، وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين، وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم -- حديث صحيح رواه أبو داود النسائي

Yang artinya : ”Bulan Sya'ban adalah bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadan. Bulan Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal-amal. Karenanya, aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku, aku dalam keadaan sedang berpuasa.” (HR. Abu Dawud dan Nasa'i)

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan pengakuan Sayyidah Aisyah Radhiallahu anha, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa (sunnah) lebih banyak daripada ketika bulan Sya’ban. Periwayatan ini kemudian mendasari kemuliaan bulan Sya’ban di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Berikut riwayatnya :

مَا رَأيْتُ رَسُوْلُ الله .صَ. : إسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍِ قَطُّ, إلاَّ شَهْرَ رَمَضَانَ , وَمَا رَأيْتُهُ فِىْ شَهْرٍ كْثَـَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ

Didalam hadis lain di jelaskan mengenai keistimewaan bulan Sya’ban :

قال النبي صلى الله تعالى عليه وسلم :
رجبٌ شهر الله وشعبان شهري ، ورمضان شهر أمتي )) أخرجه في الجامع ))

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
“Rajab Bulan (Nya) Allah (Subanahu wa Ta’ala), Sya’ban Bulan-ku (Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam) dan Ramadhan Bulan Umat-ku (Shallallahu alaihi wa sallam)”

Hadis diatas Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyatakan bahwa Bulan Sya’ban adalah bulan-ku(Shallallahu alaihi wa sallam), dari hadist ini para Ulama menganjurkan umat Islam untuk memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad Shallahu a’laihi wa sallam di bulan Sya’ban yang mulia ini.

Mengapa para Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah menganjurkan umat Islam untuk banyak-banyak bershalawat kepada Rasulullah ?

Karena ada Hadist Rasulullah :

قال صلى الله عليه و سلم : "أولى الناس بي يوم القيامة أكثرهم علي صلاة" رواه الترمذي

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
“Manusia yang paling utama pada hari kiamat nanti adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku”(Riwayat Turmudzi)

Hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulallah Shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda:

لاَ يُؤْمِنُ أحَدُكُمْ حَتَّى اَكُونَ اَحَبَّ اِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَ وَلدِهِ وَ النَّاسِ اجْمَعِيْنَ

Yang artinya : “Tidak sempurna iman kamu sehingga aku lebih dicintainya daripada anak, ibu-bapa dan manusia seluruhnya.”

Karenanya, pada bulan ini para Ulama menjelaskan agar Umat Islam saat ini dianjurkan untuk memperbanyak berdzikir, bershawalat dan meminta ampunan serta pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pada bulan ini, sungguh Allah banyak sekali menurunkan kebaikan-kebaikan berupa syafaat(pertolongan), maghfirah (ampunan), dan itqun min adzabin naar (pembebasan dari siksaan api neraka).

Malam Nishfu Sya’ban

Secara harfiyah istilah Nisfu Sya’ban berarti hari atau malam pertengahan bulan Sya'ban atau tanggal 15 Sya'ban.

قال صلى الله تعالى عليه وسلم : (( خمس ليال لاتُرد فيهن الدعوة : أول ليلة من رجب ، وليلة النصف من شعبان ، وليلة الجمعة ، وليلة الفطر ، وليلة النحر )) أخرجه السيوطي رحمه الله تعالى في الجامع ، عن ابن عساكر ، عن أبي أمامة رضي الله تعالى عنه

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
“ 5 (lima) Malam (yang apabila kita berdo’a pada malam-malam tersebut maka) do’a (tersebut) tidak di tolak, Awal Malam Bulan Rajab, Malam Nisfu Sya’ban, Malam Jum’at, Malam Idul Fitri dan Malam Idul Adha”.

Imam Ghazali mengistilahkan malam Nisfu Sya'ban sebagai malam yang penuh dengan syafaat (pertolongan). Menurut Imam Al-Ghazali, pada malam ke-13 bulan Sya'ban Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan seperti tiga syafaat kepada hambanya. Sedangkan pada malam ke-14, seluruh syafaat itu diberikan secara penuh. Dengan demikian, pada malam ke-15, umat Islam dapat memiliki banyak sekali kebaikan sebagai penutup catatan amalnya selama satu tahun. Karena pada malam ke-15 bulan Sya’ban inilah, catatan perbuatan manusia penghuni bumi akan dinaikkan ke hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Telah diriwayatkan Al Imam At Turmudzi didalam An-Nawadir dan oleh Imam Thabarani serta Ibnu Syahin dengan sanad Hasan (baik), berasal dari Sayyidah ‘Aisyah Radhiallahu anha, yang menuturkan bahwa Rasulallah Shallallahu alaihi wa sallam pernah menerangkan bahwa :

هَذِهِ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانِ يَغْفِرُ الله ُ المُسْتَغْفِرِيْنَ , وَ يَرْحَمُ المُسَْتَرْحِمِيْنَ وَ يُؤَخِّرُ أهْلَ الحِقدِ عَلَى حِقْدِهِمْ

Yang artinya : “Pada malam Nihfu Sya’ban ini Allah mengampuni orang-orang yang mohon ampunan dan merahmati mereka yang mohon rahmat serta menangguhkan (akibat) kedengkian orang-orang yang dengki”.

Disekitar hadits terakhir diatas ini beredar sejumlah hadits lainnya yang memandang mustahab/baik kegiatan menghidupkan (ihya) pada malam nishfu tersebut. Diantaranya hadits riwayat Ibnu Majah dari Amirul Mukminin Sayyidina Ali Karramallahu wajhah  Hadits riwayat Ibnu Majah, Tirmidzi dan Ahmad dari Sayyidah Aisyah Radhiallahu anha, riwayat Ibnu Majah dan Ahmad dari Abu Musa Radhiallahu anhu dan sebagainya. Terkabulnya do’a yang dipanjatkan pada malam tersebut lebih besar harapannya dan pada bulan itulah diangkatnya amalan-amalan kepada Allah Rabbul ‘Alamin.

Ada hadits lagi yang dikemukakan juga oleh ulama yang diandalkan golongan pengingkar ini yaitu Syeikh Al Albani (dalam silsilah al-Ahadits al-Sahihah, No. 1144) yaitu : “Allah melihat kepada hamba-hamba Nya pada malam nisfu Sya’ban, maka Dia ampuni semua hamba-hamba Nya kecuali musyrik(orang yang syirik) dan yang bermusuh (orang benci membenci)”.

Adapun para Ulama di Indonesia menganjurkan untuk membaca Yasin sebanyak 3 (tiga) kali dengan di niatkan segala kebaikan disetiap pembacaan tersebut, adapun memilih surah Yasin yang dibaca pada malam nisfu sya’ban karena Surah Yasin di dalam hadist dikatakan Rasulullah sebagai “Qalbul Qur’an”artinya Jantungnya Al Qur’an, dan dihadist yang lain-pun dikatakan ‘Yaasin ma Qurialah’ yang artinya Membaca Surah Yasin dengan diniatkan pembacanya. (Lihat Al Hayah Al Barzakhiyyah).
Sayyiduna Ma’aqal ibn Yassaar Radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya : “Yasin adalah Qalbu dari Al Quran. Tak seorang-pun yang membacanya dengan niat menginginkan Akhirat melainkan Allah akan mengampuninya. Bacalah atas orang-orang yang wafat di antaramu.” (Sunan Abu Dawud). Imam Hakim mengklasifikasikan hadits ini sebagai Sahih(Autentik), di Mustadrak Al Haakim Juz 1, halaman 565, lihat juga At Targhiib Juz 2 halaman 376.

Sayyiduna Juned ibn Abdullah Radhiallahu anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya : “Barangsiapa membaca Surah Yasin pada malam hari dengan niat mencari ridha Allah, dosa-dosanya akan diampuni.” 
(Muwattha’ Imam Malik).

 Imam ibn Hibban mengklasifikasikan hadits ini sebagai Sahih, lihat Sahih ibn Hibban Juz 6 halaman 312,( lihat juga At-Targhiib juz 2 halaman 377).

Riwayat serupa oleh Sayyiduna Abu Hurairah Radhiallahu anhu juga telah dicatat oleh Imam Abu Ya’ala dalam Musnad beliau dan Hafiz ibn Katsir telah mengklasifikasikan rantai periwayatnya (Sanad)sebagai “Baik” (Hasan)(lihat Tafsir Ibn Katsir Juz 3 halaman 570).
Dari itu semua maka para Ulama mengemukakan hujjah tersebut sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka dengan membaca Surah Yasin tersebut berarti kita juga menghidupkan bacaan Al Qur’an dalam kehidupan kita dan pada salah satu malam yang begitu mulia yaitu malam nisfu sya’ban.

Para ulama menyatakan bahwa Nisfu Sya'ban juga dinamakan sebagai malam pengampunan atau malam maghfirah, karena pada malam itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada hamba-Nya yang saleh.

Seluruh Muslimin berkumpul bersama-sama Muslimin didalam Masjid dengan membaca Al Qur’an, berdzikir dan bersholawat pada malam nisfu sya’ban selepas shalat maghrib hingga isya’ bukankah demikian itu amalan yang SHOLEH ?? atau justru mereka akan mengingkarinya ??

Apakah amalan membaca Al Qur’an selepas magrib hingga isya’ dimalam nisfu sya’ban adalah BID’AH SESAT dan masuk NERAKA ???? dan hanya mereka para pengingkar yang masuk kedalam surge ?? inilah yang harus diluruskan dan kita fahami.

Berikut aksi mereka para anti madzhab, anti maulid, anti tahlil dan yang mengaku-ngaku sendiri sebagai salafy dalam meresahkan umat Islam yang awam dengan doktrin-doktrin PENDANGKALAN AKIDAHdan PEMAHAMAN akan Syariah Islam yang sepintas tampak ilmiah namun sebenarnya penuh dengan pemutar balikan fakta dan pemenggalan-pemenggalan dalil.

Inilah beberapa aksi mereka para anti madzhab yang gencar memaksakan pemahaman mereka kepada masyarakat awam di dunia maya (internet) :

  1. 1.      Menghidupkan Malam Nishfu Sya’ban dengan Shalat dan Do’a (?)
Sebagian ulama negeri Syam ada yang menganjurkan untuk menghidupkan atau memeriahkan malam tersebut dengan berkumpul ramai-ramai di masjid. Landasan mereka sebenarnya adalah dari berita Bani Isroil (berita Isroiliyat). Sedangkan mayoritas ulama berpendapat bahwa berkumpul di masjid pada malam Nishfu Sya’ban 
–dengan shalat, berdo’a atau membaca berbagai kisah- untuk menghidupkan malam tersebut adalah sesuatu yang terlarang. Mereka berpendapat bahwa menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan berkumpul di masjid rutin setiap tahunnya adalah suatu amalan yang tidak ada tuntunannya (baca:bid’ah).
 Sumber : http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/serba-serbi-bulan-syaban-01.html

Jawab :
-          Masya Allah mereka mengatakan landasan ulama Negeri Syam pada malam Nisfu Sya’ban adalah “dari berita Bani Isroil (berita Isroiliyat)”rupanya hanya mereka saja para anti madzhab yang lebih mengerti akan Al Qur’an dan Hadist. Disini tampak jelas bagaimana beraninya mereka mem-FITNAH dan meremehkan para Ulama.

-          Mereka katakan “Sedangkan mayoritas ulama berpendapat bahwa berkumpul di masjid pada malam Nishfu Sya’ban –dengan shalat, berdo’a atau membaca berbagai kisah- untuk menghidupkan malam tersebut adalah sesuatu yang terlarang. Mereka berpendapat bahwa menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan berkumpul di masjid rutin setiap tahunnya adalah suatu amalan yang tidak ada-tuntunannya-(baca:bid’ah).

Disini mereka kembali merusak pemikiran Muslimin dengan mengatakan “Mayoritas Ulama”, sadarkah kita ?? Mayoritas Ulama yang mereka maksud adalah ulama-ulama mereka yang anti madzhab, anti maulid, anti tahlil, anti nisfu sya’ban, disini mereka mengecoh pemahaman kita akan Ulama. Mereka berharap kelak kita mengikuti Ulama-ulama dengan pemahaman mereka dan meninggalkan Ulama-ulama kita yang telah jelas berpegang kepada Al Qur’an dah Hadist Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan berazaskan Akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah sesuai dengan para Imam Madzhab.  (Imam Abu Hanifah, Imam Maliki, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal).

-          Kemudian mereka katakan menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan berkumpul di masjid rutin setiap tahunnya adalah suatu amalan yang tidak ada-tuntunannya-(baca:bid’ah)”, Astaghfirullah, mereka katakan berkumpul pada malam nisfu Sya’ban tidak ada tuntunannya, lantas bagaimana dengan orang-orang yang pada malam itu berkumpul di Mall, tertawa-tawa, menonton TV atau bahkan bagaimana dengan orang-orang yang pada malam Nisfu Sya’ban itu justru MENGHUJAT Umat Islam yang sedang membaca Surah Yasin bersama-sama dengan penuh harapan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hujatan BID’AH SESAT NERAKA, apakah dengan MENGHUJAT Umat Islam di berbagai belahan Dunia yang menghidupkan malam nisfu sya’ban ada tuntunan-nya dari Nabi ? Tanpa disadari mereka telah mendangkalkan pemahaman mereka sendiri akan syariah.

-          Ternyata mereka (para anti madzhab) lebih merasa kebakaran jenggot apabila melihat Umat Islam berkumpul selepas shalat magrib hingga isya dengan membaca Al Qur’an, Istighfar, Shalawat Nabi dan Do’a ketimbang dengan maraknya kemaksiatan pada malam itu selepas magrib hingga isya, mereka tidak pusing dengan diskotik, hiburan malam maupun TV yang menayangkan acara-acara non muslim yang sangat melecehkan Islam, dan mereka juga tidak peduli dengan orang-orang yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga lalai dan meninggalkan shalat magrib dan isya’ pada malam nisfu sya’ban itu ketimbang berkumpulnya umat Islam pada malam itu untuk menghidupkan malam nisfu sya’ban. Justru mereka GERAM melihat muslimin memakmurkan masjid, mushallah, majlis ta’lim dalam mengajak umat Islam untuk lebih dekat kepada Allah dan Rasul-Nya.

  1. 2.     Namun bagaimanakah jika menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan shalat di rumah dan khusus untuk dirinya sendiri atau mungkin dilakukan dengan jama’ah tertentu (tanpa terang-terangan, pen)? Sebagian ulama tidak melarang hal ini.Sumber : http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/serba-serbi-bulan-syaban-01.html

Jawab :
-          Aneh bin ajaib, mereka katakan atau mungkin dilakukan dengan jama’ah tertentu (tanpa terang-terangan, pen)? Sebagian ulama tidak melarang hal ini”. Mereka ini pintar atau sudah kelewat pintar ? sejak kapan berjama’ah itu tidak dikatakan terang-terangan” ??namanya saja berjama’ah pastinya sudah dipenuhi muslimin, contoh saja di sebuah masjid pada malam nisfu sya’ban membuat jama’ah tertentu (sesuai dengan maksud mereka) sampai dengan 10 kelompokjama’ah tertentu, masing kelompok berisi 10 orang, kemudian mereka  melakukan dengan membaca surah Yasin pada masing-masing kelompok jama’ah tersebut secara berbarengan sesama kelompok-kelompok jama’ah di dalam masjid, lalu apakah ini dikatakan tidak bid’ah ?? Jika mereka bilang ini tidak bid’ah lalu apa bedanya dengan apa yang dilakukan mayoritas umat Islam selama ini dalam menghidupkan malam nisfu sya’ban dengan berkumpul selepas shalat maghrib hingga isya ?? Dan sejak kapankah syiar Islam kembali tanpa terang-terangan ?” Itulah mereka para anti madzhab dalam memelintirkan pendapat para Ulama.

  1. 3.      Pertama, tidak ada satu dalil pun yang shahih yang menjelaskan keutamaan malam Nishfu Sya’ban. Bahkan Ibnu Rajab sendiri mengatakan, “Tidak ada satu dalil pun yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Dan dalil yang ada hanyalah dari beberapa tabi’in yang merupakan fuqoha’ negeri Syam.” (Lathoif Al Ma’arif, 248).
Sumber : http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/serba-serbi-bulan-syaban-01.html

Jawab :
-          Lihat cara mereka mendoktrin, mereka katakan Pertama, tidak ada satu dalil pun yang shahih yang menjelaskan keutamaan malam Nishfu Sya’ban”. Rupanya mereka terlalu nafsu dalam mengambil suatu hukum mengenai keutamaan malam nisfu sya’ban. Dan lihat bagaimana mereka meremehkan pendapat para tabi’in, seolah-olah mereka lebih memahami dari pada pemahaman tabi’in, disini jelas justru mereka lebih fanatik dengan ulama-ulama mereka sendiri yang sama-sama suka memvonis amalan Umat Islam di Dunia yang tidak sefaham dengan faham mereka dengan vonisBID’AH MUNKAR SESAT NERAKA dan lain-lain. Apakah ulama-ulama mereka para pengingkar ini lebih mulia akan keluhuran dan bahkan lebih hebat dari para tabi’in ??

Baginda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

عن ابن عساكر عن أبي أمامة رضي الله عنه : ((خمس ليال لا ترد فيهن الدعوة : أول ليلة من رجب ، وليلة النصف من الشعبان ، وليلة الجمعة ، وليلة الفطر ، وليلة النحر ))

Yang artinya: “Ada Lima malam dimana do’a-do’a di situ tidak ditolak, malam pertama di bulan Rajab, malam Nisfu Sya’ban, malam Jum’at, malam Idul Fitri, malam Idhul Adha“.

Al Imam Al Baihaqi meriwayatkan dari Imam Syafi’i, berbunyi : “Telah sampai kepada kami bahwa Asy-Syafi’i mengatakan : ‘Sesungguhnya do’a itu mustajab pada lima malam : malam Jum’at, malam Idul Adha, malam Idul Fitri, malam pertama bulan Rajab dan malam nisfu Sya’ban’ “.
(Al-Baihaqi, Sunan Al-Kubra, 1994, Maktabah Dar Al-Baz : Makkah Al-Mukarramah, juz 3 hlm 319).


Hadist diatas menjelaskan bahwa malam nisfu sya’ban adalah salah satu malam yang apabila kita berdo’a maka tidak ditolak, bukankah hadist ini telah jelas bahwa malam Nisfu Sya’ban berbedadengan malam-malam yang lain ?? 

Sementara itu Khalid bin Ma’dan dan Luqman bin ‘Amir serta Ishaq bin Rohawaih menganjurkan untuk menghidupkan malam itu (nisfu sya’ban) dengan berjama’ah. 


Apakah mereka bermaksud membuang Hadist Hasan dan Dhaif ?? atau mereka tidak mengerti tentang Hadist Hasan dan Dhaif ?? sepertinya tidak mungkin, karena mereka juga mempelajari Ilmu tentang Hadist, lalu apa tujuan mereka sehingga seperti membuang bahkan menganggap hadist-hadist hasan maupun dhaif seolah-olah tidak bermanfaat ?? bahkan mereka begitu meremehkan hadist dhaif itu seperti hadist palsu.
Na’udzubillan min dzalik.

Mereka tidak sadar seandainya Hadist-hadist Shahih Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tersebut teriwayatkan atas nama mereka seperti keadaan mereka (para anti madzhab) saat ini, maka sekiranya masih adakah yang mau mengambil sanad hadist dari mereka (para anti madzhab) ??

Hadits dhaif banyak pembagiannya, sebagian ulama mengklasifikasikannya menjadi 81 bagian, ada pula yang menjadikannya 49 bagian dan ada pula yang memecahnya dalam 42 bagian. Namun para Imam telah menjelaskan kebolehan beramal dengan hadits dhaif  bila untuk amal shalih, penyemangat, atau manaqib. Inilah pendapat yang mu’tamad, namun tentunya bukanlah hadits dhoif yang telah digolongkan kepada hadits palsu.
Sebagian besar hadits dhaif adalah hadits yang lemah sanad perawinya atau pada matannya, tetapi bukan berarti secara keseluruhan adalah palsu, karena hadits palsu dinamai hadits munkar, atau mardud, batil, maka tidak sepantasnya kita menggolongkan semua hadits dhaif adalah hadits palsu, dan menafikan (menghilangkan) hadits dhaif karena sebagian hadits dhaif masih diakui sebagai ucapan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, dan tak satu muhaddits pun yang berani menafikan keseluruhannya, karena menuduh seluruh hadist dhaif sebagai hadits yang palsu berarti mendustakan ucapan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.

Maka berhati-hatilah dalam mencari Guru karena sekarang ini, banyak sekali golongan-golongan yang mengklaim bahwa ulama mereka adalah ahli hadist pada abad ini, namun ternyata setelah dikaji dan diteliti dan ditanyakan kepadanya tidak ada satu hadist-pun yang mereka hafal dengan sanad-sanad hingga sampai kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, dan lebih parahnya lagi mereka mengambil hadist-hadist tersebut tanpa sanad.

Berkata Imam Syafi’I Rahimahullah : “Orang yang belajar ilmu tanpa sanad guru bagaikan orang yang mengumpulkan kayu bakar digelapnya malam, ia membawa pengikat kayu bakar yang terdapat padanya ular berbisa dan ia tak tahu”
(Faidhul Qadir juz 1 hal 433).  


Berkata pula Imam Atsauri Rahimahullah : “Sanad adalah senjata orang mukmin, maka bila kamu tidak mempunyai senjata maka dengan apa kamu akan berperang ?”, berkata pula Imam Ibnul Mubarak Rahimahullah : “Pelajar ilmu yang tak punya sanad bagaikan penaik atap namun tak punya tangganya, sungguh telah Allah muliakan ummat ini dengan sanad”
(Faidhul Qadir juz 1 hal 433).

Semakin dangkal ilmu seseorang, maka tentunya dia akan semakin mudah berfatwa dan menghukumi, semakin ahli dan tingginya ilmu seseorang, maka semakin dia berhati - hati dalam berfatwa dan tidak ceroboh dalam menghukumi.

Maka cukuplah untuk kita para Habaib kita, Masyaikh kita, Kyai kita, Asaatidz kita yang telah jelas sanad keilmuannya, dari Gurunya kepada Gurunya sampai kepada Sayyidina Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.
                         
DAN MASIH BANYAK LAGI ARTIKEL-ARTIKEL SEMACAM INI YANG MEREKA BUAT UNTUK MERESAHKAN UMAT ISLAM DENGAN MEMAKSAKAN PEMAHAMAN MEREKA, SEHINGGA TERJADI PERPECAHAN DIKALANGAN SESAMA UMAT ISLAM.

Ibnu Taimiyyah menghidupkan Nisfu Sya’ban dengan amalan yang khusus

Ibnu Taimiyyah mengkhususkan amalan sholat pada nishfu Sya’ban dan memujinya : Berkata Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Majmu’ Fatawa pada jilid 24 halaman 131 mengenai amalan Nisfu Sya’ban sebagai berikut:

إذا صلَّى الإنسان ليلة النصف وحده أو في جماعة خاصة كما كان يفعل طوائف من المسلمين فهو: حَسَنْ

Artinya : Apabila seorang itu menunaikan sholat pada malam Nisfu Sya’ban secara individu atauberjamaah secara khusus sebagaimana yang dilakukan oleh sebilangan masyarakat Islam maka hal itu adalah BAIK“.
Lihat bagaimana Ibnu Taimiyyah sendiri memuji siapa yang menghidupkan amalan khusus pada malam Nisfu Sya’ban yaitu dengan menunaikan sholat sunnah pada waktu itu baik secara perseorangan mau pun secara berjama’ahIbnu Taimiyyah mensifatkan amalan khusus itu sebagai Hasan/ Baik.

Pada halaman 132 didalam kitab yang sama, Ibnu Taimiyyah mengakui adanya hadits yang mengkhususkan untuk ibadah sholat malam Nisfu Sya’ban:
وأما ليلة النصف – من شعبان – فقد رُوي في فضلها أحاديث وآثار ، ونُقل عن طائفة من السلف أنهم كانوا يصلون فيها، فصلاة الرجل فيها وحده قد تقدمه فيه سلف وله فيه حجة (( فلا ينكر مثل هذا )) ، أما الصلاة جماعة فهذا مبني على قاعدة عامة في الاجتماع على الطاعات والعبادات 

Yang artinya : “(Berkenaan malam Nishfu Sya’ban) maka telah diriwayatkan mengenai kemuliaan dan kelebihan Nishfu Sya’ban dengan hadits-hadits dan atsar, dinukilkan dari golongan Salaf (orang-orang dahulu) bahwa mereka menunaikan shalat khusus pada malam Nisfu Sya’ban, shalatnya seseorang pada malam itu secara perseorangan sebenarnya telah dilakukan oleh ulama Salaf dan dalam perkara tersebut terdapat hujjah/dalil maka jangan di-ingkari, manakala shalat secara jama’ah(pada malam nishfu sya’ban) adalah dibina atas hujah/dalil kaidah pada berkumpulnya manusia dalam melakukan amalan ketaatan dan ibadat”. Dalam kitabnya Iqtido’ As-sirot Al-Mustaqim pada halaman 266 beliau mengatakan yang artinya :
ليلة النصف مِن شعبان. فقد روي في فضلها من الأحاديث المرفوعة والآثار ما يقتضي: أنها ليلة مُفضَّلة. وأنَّ مِن السَّلف مَن كان يَخُصّها بالصَّلاة فيها، وصوم شهر شعبان قد جاءت فيه أحاديث صحيحة. ومِن العلماء من السلف، من أهل المدينة وغيرهم من الخلف: مَن أنكر فضلها ، وطعن في الأحاديث الواردة فيها، كحديث:[إن الله يغفر فيها لأكثر من عدد شعر غنم بني كلب] وقال: لا فرق بينها وبين غيرها. لكن الذي عليه كثيرٌ مِن أهل العلم ؛ أو أكثرهم من أصحابنا وغيرهم: على تفضيلها ، وعليه يدل نص أحمد – ابن حنبل من أئمة السلف – ، لتعدد الأحاديث الواردة فيها، وما يصدق ذلك من الآثار السلفيَّة، وقد روي بعض فضائلها في المسانيد والسنن 

Yang artinya : “(Malam Nishfu Sya’ban) telah diriwayatkan mengenai kemuliaannya dari hadits-hadits Nabi dan pada kenyataan para sahabat telah menjelaskan bahwa itu adalah malam yang mulia dan dikalangan ulama As Salaf yang mengkhususkan malam Nisfu Sya’ban dengan melakukan shalat khusus padanya dan berpuasa bulan Sya’ban, ada pula hadits yang shohih. Ada dikalangan Salaf (orang yang terdahulu), sebagian dari ahli Madinah dan selain mereka sebagian dikalangan Khalaf(orang belakangan) yang mengingkari kemuliannya dan menyanggah hadits-hadits yang diriwayatkan padanya seperti hadits : ‘Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni padanya lebih banyak dari bilangan bulu kambing bani kalb’. Akan tetapi disisi kebanyakan ulama ahli Ilmu ataukebanyakan ulama Madzhab kami dan ulama lain adalah memuliakan malam Nisfu Sya’ban, dan yang demikian adalah kenyataan Imam Ahmad bin Hanbal dari ulama Salaf, karena cukup banyak hadits yang menyatakan mengenai kemuliaan Nisfu Sya’ban, begitu juga hal ini benar dari kenyataan dan kesan-kesan ulama As-Salaf, dan telah dinyatakan kemuliaan Nisfu Sya’ban dalam banyak kitab hadits Musnad dan Sunan”. Demikianlah pendapat Ibnu Taimiyyah mengenai bulan dan malam Nishfu Sya’ban.

Jelas sebagai bukti bahwa Ibnu Taimiyah sendiri mengakui dan tidak mengingkari kebaikan amalan khusus pada nisfu Sya’ban termasuk di dalamnya shalat sunnah. Beliau juga mengatakan bahwa amalan ibadah pada malam nishfu Sya’ban dikerjakan oleh para Salaf !!!

Tidak ada satupun dari perkataan Ulama-ulama kita yang memegang teguh Al Qur’an dan Hadist dan berazaskan Akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang mengatakan “bagi mereka yang tidak menghidupkan malam nisfu sya’ban dengan membaca Yasin bersama-sama di masjid, mushallah atau tempat-tempat lainnya maka hukumnya adalah BID’AH”, maka tidak pernah kami jumpai kata-kata semacam ini didalam kitab-kitab yang telah masyhur. Ini menunjukkan Ulama-ulama kita para Salaf Shaleh lebih luhur dalam menyikapi perbedaan yang ada, bagi mereka yang mengingkari menghidupkan malam nisfu sya’ban dengan alasan ada dalil-dalilnya, maka bagi kami yang tidak mengingkari-pun mempunyai dalil-dalil untuk menghidupkan malam nisfu sya’ban.
Tetapi sayangnya golongan pengingkar yang mengaku sebagai penerus akidah Salaf, Salafy, Ibnu Taimiyyah, Ansharut Tauhid dan lain-lain nama ini lebih ringan lidahnya membid’ahkan mungkar amalan Umat Islam dalam bulan dan nisfu Sya’ban ini ? Mereka hanya menyebutkan kata-kata Salaf, Ibnu Taimiyyah yang sepaham dengan mereka tetapi kata-kata Salaf, Ibnu Taimiyyah yang tidak sepaham dengan mereka dikesampingkannya !!! apakah pantas jika mereka disebut sebagai Ansharut Tauhid dengan sikap fatwa yang radikal ??

Apakah mereka para pengingkar ini juga berani membid’ahkan mungkar ulamanya sendiri ? Apakah mereka ini akan merubah atau mengartikan kata-kata Ibnu Taimiyyah yang sudah jelas tersebut sebagaimana kebiasaan mereka sampai sesuai dengan paham mereka ?Ataukah mereka akan mengingkari ini semua dan memutar balikkan ?? 

Dari dalil-dalil di atas jelaslah bahwa amalan-amalan di bulan sya’ban dan malam nisfu sya’ban semuanya bersumber dari Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan seperti yang mereka (anti madzhab, anti maulid, anti tahlil dan mengaku-ngaku salafy) tuduhkan kepada Mayoritas Umat Islam yang menghidupkan malam Nisfu Sya’ban.

Demikianlah para Guru-guru kami dari kalangan Habaib, Masyaikh, Kyai, Asaatidz dalam menjelaskan akan kemuliaan malam nisfu sya’ban dan amalan-amalannya.

Marilah kita kembali kepada Al Qur’an dan Hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dengan demikian, kita sebagai umat Islam semestinya TIDAK menghujat amalan nisfu sya’ban yang telah lama diamalkan oleh para musliminin di dunia dengan kata-kata BID’AH SESAT  NERAKA.Ketahuilah amalan tersebut adalah amalan yang di ajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan janganlah kita melupakan begitu saja akan kemulian bulan sya’ban yang telah disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa bulan sya’ban adalah bulannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bulan yang penuh dengan kemuliaan dan keagungan, bulan yang di berikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.

Sesungguhnya bulan Sya'ban merupakan bulan persiapan untuk memasuki bulan suci Ramadhan, dari sini, umat Islam dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya dengan memperkokoh pondasi keimanan, keikhlasan dan memanjatkan do’a dengan penuh kekhusyukan demi meraih kesuksesan maghfirah(ampunan) di bulan berikutnya yaitu bulan Ramadhan Al Mubarak.

Sesama muslim itu bersaudara, dan mereka para pengingkar juga saudara muslim kita, namun mereka telah tenggelam dalam hawa nafsu pemahaman dan arogansi fatwa bahwa hanya mereka yangBENAR dan yang lain salah, mereka tidak menyadari jika Islam itu Indah dan penuh dengan kemulian dan nilai keluhuran yang penuh kelemah lembutan dalam berdakwah, dan Islam itu penuh dengan keluasan pemahaman akan ilmu yang terkandung didalamnya, sehingga kita tidak bisa gegabah dalam memvonisBID’AH SESAT NERAKA.

amalan seseorang dengan vonis

Semoga kita semua selalu mendapatkan pancaran Taufik dan Hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan selalu berjalan pada jalan yang telah ditetapkan Sayyidina Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.

Semoga bermanfaat dan tidak menjadi fitnah, Amiin.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
رواه النسائي والترمذي

Yang artinya : “Maha suci Engkau Ya Allah dan dengan memuji Mu, Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau (yang berhak disembah), Aku mohon ampunan Mu dan aku bertaubat pada Mu”. (HR. An Nasa’i & At-Turmudzy) Lihat Kitab Al-Adzkaar An-Nawawy halaman 265.

والله تعالى أعلـــــــــــم

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Arsip Blog

Blogger templates

Labels

- Copyright © Education School Indonesia ( E.S.I ) -UNGGAH.FILE.INDONESIA- Powered by Blogger - Designed by Aditya -