- Back to Home »
- RENUNGAN »
- Mati Itu Pasti
Posted by : Unknown
Thursday, June 13, 2013
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saudaraku fillah..
Note kali ini mungkin terdengar begitu menyeramkan. Tapi
apapun itu, Pelajaran dan Renungan-lah yang ingin kami sampaikan disini, bukan
hendak menakut-nakuti. Semoga bisa menjadi ibroh untuk kita semua.
Cara Malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal
perbuatan orang yang bersangkutan, bila orang yang akan meninggal dunia itu
durhaka kepada Alloh, maka Malaikat Izrail mencabut nyawa secara kasar.
Sebaliknya, bila terhadap orang yang soleh, cara mencabutnya dengan lemah
lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa terpisahnya nyawa dengan
raga tetap teramat menyakitkan.
“Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya
tusukan pedang”. (H.R. Ibnu Abu Dunya).
Wahb bin Munabbih berkata,
Dikisahkan bahwa Malaikat berjumpa dengan seorang beriman
yang membalas salamnya ketika dia mengucapkan salam kepadanya. ‘Aku punya
permintaan yang ingin kubisikkan ke telingamu,’ kata Malaikat. ‘Baiklah, akan
kudengarkan,’ kata orang itu. Si malaikat pun membisikkan rahasianya dan
berkata, ‘Aku adalah malaikat maut!’ Orang beriman itu menjawab, ‘Selamat
datang, wahai siapa yang telah lama kunanti-nantikan.Demi Allah, tak ada
siapapun di muka bumi ini yang lebih kunanti daripada dirimu.’ Mendengar itu,
malaikat maut berkata kepadanya, ‘Selesaikanlah urusanmu yang telah menjadi
maksud keberangkatanmu.’ Namun, orang itu menjawab, ‘Aku tidak mempunyai urusan
lain yang lebih penting dan lebih kucintai daripada bertemu dengan Allah SWT.’
Dan malaikat berkata kepadanya, ‘Kalau begitu, pilihlah keadaanmu yang paling
kau sukai untuk aku mengambil nyawamu.’ ‘Apakah engkau bisa melakukannya?’
orang itu bertanya. Malaikat menjawab, ‘Ya, demikianlah aku diperintahkan.’
‘Kalau begitu, tunggulah aku sebentar, agar aku bisa berwudhu dan shalat, lalu
ambillah nyawaku selagi aku bersujud.’ Dan Malaikat pun melakukan hal yang
diminta oleh orang beriman itu.”
Syaddad bin Aus berkata, “Kematian adalah penderitaan yang
paling menakutkan yang dialami oleh seorang yang beriman di dunia ini atau di
akhirat nanti. Ia lebih menyakitkan daripada dipotong-potong dengan gergaji,
disayat dengan gunting, atau digodok dalam belanga. Seandainya seseorang yang
sudah mati bisa dihidupkan kembali untuk menceritakan kepada manusia di dunia
ini tentang kematian, niscaya mereka tidak mempunyai gairah hidup dan tidak
akan bisa merasakan nikmatnya tidur.”
Diriwayatkan dari Al-Hasan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW
menyebut-nyebut kematian, cekikan, dan rasa pedih. Beliau bersabda, “Sakitnya
sama dengan tiga ratus tusukan pedang.” (Ibn Abi’l-Dunya, K. Al-Maut, Zabiidii,
X.260).
Di dalam kisah Nabi Idris a.s, beliau adalah seorang ahli
ibadah, kuat mengerjakan sholat sampai puluhan raka’at dalam sehari semalam dan
selalu berzikir di dalam kesibukannya sehari-hari. Catatan amal Nabi Idris a.s
yang sedemikian banyak, setiap malam naik ke langit. Hal itulah yang sangat
menarik perhatian Malaikat Maut, Izrail. Maka bermohonlah ia kepada Alloh Swt
agar di perkenankan mengunjungi Nabi Idris a.s. di dunia. Alloh Swt,
mengabulkan permohonan Malaikat Izrail, maka turunlah ia ke dunia dengan
menjelma sebagai seorang lelaki tampan, dan bertamu kerumah Nabi Idris.
“Assalamu’alaikum, yaa Nabi Alloh”. Salam Malaikat Izrail,
“Wa’alaikum salam wa rahmatulloh”. Jawab Nabi Idris a.s.
Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang
bertamu ke rumahnya itu adalah Malaikat Izrail. Seperti tamu yang lain, Nabi
Idris a.s. melayani Malaikat Izrail, dan ketika tiba saat berbuka puasa, Nabi
Idris a.s. mengajaknya makan bersama, namun di tolak oleh Malaikat Izrail.
Selesai berbuka puasa, seperti biasanya, Nabi Idris a.s mengkhususkan waktunya
“menghadap”.
Alloh sampai keesokan harinya. Semua itu tidak lepas dari
perhatian Malaikat Izrail. Juga ketika Nabi Idris terus-menerus berzikir dalam
melakukan kesibukan sehari-harinya, dan hanya berbicara yang baik-baik saja.
Pada suatu hari yang cerah, Nabi Idris a.s mengajak jalan-jalan “tamunya”. Itu
ke sebuah perkebunan di mana pohon-pohonnya sedang berbuah, ranum dan
menggiurkan.
“Izinkanlah saya memetik buah-buahan ini untuk kita”. pinta
Malaikat Izrail (menguji Nabi Idris a.s). “Subhanalloh, (Maha Suci Alloh)” kata
Nabi Idris a.s. “Kenapa ?” Malaikat Izrail pura-pura terkejut.
“Buah-buahan ini bukan milik kita”. Ungkap Nabi Idris a.s.
Kemudian Beliau berkata: “Semalam anda menolak makanan yang halal, kini anda
menginginkan makanan yang haram”. Malaikat Izrail tidak menjawab. Nabi Idris
a.s perhatikan wajah tamunya yang tidak merasa bersalah. Diam-diam beliau
penasaran tentang tamu yang belum dikenalnya itu. Siapakah gerangan ? pikir
Nabi Idris a.s.
“Siapakah engkau sebenarnya ?” tanya Nabi Idris a.s. “Aku
Malaikat Izrail”. Jawab Malaikat Izrail. Nabi Idris a.s terkejut, hampir tak
percaya, seketika tubuhnya bergetar tak berdaya. “Apakah kedatanganmu untuk
mencabut nyawaku ?” selidik Nabi Idris a.s serius. “Tidak” Senyum Malaikat
Izrail penuh hormat. “Atas izin Alloh, aku sekedar berziarah kepadamu”. Jawab Malaikat
Izrail.
Nabi Idris manggut-manggut, beberapa lama kemudian beliau
hanya terdiam. “Aku punya keinginan kepadamu”. Tutur Nabi Idris a.s “Apa itu ?
katakanlah !”. Jawab Malaikat Izrail. “Kumohon engkau bersedia mencabut nyawaku
sekarang. Lalu mintalah kepada Alloh SWT untuk menghidupkanku kembali, agar
bertambah rasa takutku kepada-Nya dan meningkatkan amal ibadahku”. Pinta Nabi
Idris a.s. “Tanpa seizin Alloh, aku tak dapat melakukannya”, tolak Malaikat
Izrail.
Pada saat itu pula Alloh SWT memerintahkan Malaikat Izrail
agar mengabulkan permintaan Nabi Idris a.s. Dengan izin Alloh Malaikat Izrail
segera mencabut nyawa Nabi Idris a.s. sesudah itu beliau wafat. Malaikat Izrail
menangis, memohonlah ia kepada Alloh SWT agar menghidupkan Nabi Idris a.s. kembali.
Alloh mengabulkan permohonannya. Setelah dikabulkan Allah Nabi Idris a.s. hidup
kembali.
“Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku ?” Tanya Malaikat
Izrail. “Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup dikuliti”. Jawab Nabi
Idris a.s. “Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu”. Kata
Malaikat Izrail.
MasyaAlloh, lemah-lembutnya Malaikat Maut (Izrail) itu
terhadap Nabi Idris a.s. Bagaimanakah jika sakaratul maut itu datang kepada
kita ? Siapkah kita untuk menghadapinya ?
MATI ITU PASTI ! TAPI APAKAH BEKAL YANG SUDAH ENGKAU
PERSIAPKAN..??!!