- Back to Home »
- TIPS »
- TATA CARA MENANGKAL MAKHLUK HALUS
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (Buku Terjemah Risalah tentang Sihir dan Perdukunan)
Allah telah mensyari’atkan kepada hamba-hambaNya supaya mereka
menjauhkan diri dari kejahatan sihir sebelum terjadi pada diri mereka.
Allah juga menjelaskan tentang bagaimana cara pengobatan sihir bila
telah terjadi. Ini merupakan rahmat dan kasih sayang Allah, kebaikan dan
kesempurnaan nikmatNya kepada mereka.
Berikut ini beberapa penjelasan tentang usaha menjaga diri dari
bahaya sihir sebelum terjadi, begitu pula usaha dan cara pengobatannya
bila terkena sihir, yakni cara-cara yang dibolehkan menurut hukum
syara’:
Pertama: Tindakan preventif, yakni usaha menjauhkan diri dari bahaya
sihir sebelum terjadi. Cara yang paling penting dan bermanfaat ialah
penjagaan dengan melakukan dzikir yang disyari’atkan, membaca do’a dan
ta’awwudz sesuai dengan tuntunan Rasulullah ‘Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, di antaranya seperti di bawah ini:
A. Membaca ayat Kursi setiap selesai shalat lima waktu, sesudah
membaca wirid yang disyari’atkan setelah salam, atau dibaca ketika akan
tidur. Karena ayat Kursi termasuk ayat yang paling besar nilainya di
dalam Al-Qur’an. Rasulullah ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda dalam salah satu hadits shahihnya :
“Barangsiapa membaca ayat Kursi pada malam hari, Allah senantiasa menjaganya dan syetan tidak mendekatinya sampai Shubuh.”
Ayat Kursi terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 255 yang bunyinya :
“Allah tidak ada Tuhan selain Dia, Yang hidup kekal lagi terus-menerus
mengurus (makhlukNya), tidak mengantuk dan tidak tidur, kepunyaanNya apa
yang ada di langit dan apa yang di bumi. Siapakah yang dapat memberi
syafa’at di sisi Allah tanpa izinNya? Allah mengetahui apa yang di
hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui
apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendakiNya. Kursi Allah
meliputi langit dan bumi, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
B. Membaca surat Al-Ikhlas, surat Al-Falaq, dan surat An-Naas pada
setiap selesai shalat lima waktu, dan membaca ketiga surat tersebut
sebanyak tiga kali pada pagi hari sesudah shalat Shubuh, dan menjelang
malam sesudah shalat Maghrib, sesuai dengan hadits riwayat Abu Dawud,
At-Tirmidzi dan An-Nasa’i.
C. Membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah yaitu ayat 285-286 pada permulaan malam, sebagaimana sabda Rasulullah :
“Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka cukuplah baginya.”
Adapun bacaan ayat tersebut adalah sebagai berikut:
“Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat, kitab-kitab dan rasul-rasulNya. (Mereka
mengatakan), ‘Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang (dengan yang
lain) dari rasul-rasulNya’. (Mereka berdo’a): ‘Ampunilah kami, ya Tuhan
kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali.”
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya, ia mendapat pahala (dari kewajiban) yang diusahakannya
dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka
berdo’a), ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa
atau bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami
beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang
sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa
yang tak sanggup kami memikulnya, beri maaflah kami, ampunilah kami, dan
rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap
orang-orang yang kafir.”
D. Banyak berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna.
Hendaklah dibaca pada malam hari dan siang hari ketika berada di
suatu tempat, ketika masuk ke dalam suatu bangunan, ketika berada di
tengah padang pasir, di udara atau di laut. Sabda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam :
“Barangsiapa singgah di suatu tempat dan dia mengucapkan: ‘A’uudzu bi
kalimaatillahi attaammaati min syarri maa khalaq’ (aku berlindung
dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk
ciptaanNya), maka tidak ada sesuatu pun yang membahayakannya sampai ia
pergi dari tempat itu.”
E. Membaca do’a di bawah ini masing-masing tiga kali pada pagi hari dan menjelang malam :
“Dengan nama Allah, yang bersama namaNya, tidak ada sesuatu pun yang
membahayakan, baik di bumi maupun di langit dan Dia Maha Mendengar dan
Maha Mengetahui.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi)
Bacaan-bacaan dzikir dan ta’awwudz ini merupakan sebab-sebab yang
besar untuk memperoleh keselamatan dan untuk menjauhkan diri dari
kejahatan sihir atau kejahatan lainnya. Yaitu bagi mereka yang selalu
mengamalkannya secara benar disertai keyakinan yang penuh kepada Allah,
bertumpu dan pasrah kepadaNya dengan lapang dada dan hati yang khusyu’.
Kedua: Bacaan-bacaan seperti ini juga merupakan senjata ampuh untuk
menghilangkan sihir yang sedang menimpa seseorang, dibaca dengan hati
yang khusyu’, tunduk dan merendahkan diri, seraya memohon kepada Allah
agar dihilangkan bahaya dan malapetaka yang dihadapi. Do’a-do’a
berdasarkan riwayat yang kuat dari Rasulullah r untuk menyembuhkan
penyakit yang disebabkan oleh sihir dan lain sebagainya adalah sebagai
berikut:
1. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam me-ruqyah (mengobati
dengan membaca ayat-ayat Al-Qur’an atau do’a-do’a) sahabat-sahabatnya
dengan bacaan :
Artinya: “Ya Allah, Tuhan segenap manusia….! Hilangkanlah sakit dan
sembuhkanlah, Engkau Maha Penyembuh, tidak ada penyembuhan melainkan
penyembuhan dariMu, penyembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.” (HR.
Al-Bukhari).
2. Do’a yang dibaca Jibril , ketika meruqyah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Dengan nama Allah, aku meruqyahmu dari segala yang menyakitkanmu,
dan dari kejahatan setiap diri atau dari pandangan mata yang penuh
kedengkian, semoga Allah menyembuhkanmu, dengan nama Allah aku
meruqyahmu.” Bacaan ini hendaknya diulang tiga kali.
3. Pengobatan sihir cara lainnya, terutama bagi laki-laki yang tidak
dapat berjimak dengan istrinya karena terkena sihir. Yaitu, ambillah
tujuh lembar daun bidara yang masih hijau, ditumbuk atau digerus dengan
batu atau alat tumbuk lainnya, sesudah itu dimasukkan ke dalam bejana
secukupnya untuk mandi; bacakan ayat Kursi pada bejana tersebut; bacakan
pula surat Al-Kafirun, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, dan ayat-ayat
sihir dalam surat Al-A’raf ayat 117-119, surat Yunus ayat 79-82 dan
surat Thaha ayat 65-69.
Surat Al-A’raf ayat 117-119 yang bunyinya:
“Dan Kami wahyukan kepada Musa: ‘Lemparkanlah tongkatmu!’ Maka
sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. Karena
itu, nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. Maka
mereka orang-orang yang hina.”
Surat Yunus ayat 79-82:
“Fir’aun berkata (kepada pemuka kaumnya): ‘Datangkanlah kepadaku semua
ahli sihir yang pandai’. Maka tatkala ahli-ahli sihir itu datang, Musa
berkata kepada mereka: ‘Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan’.
Maka setelah mereka lemparkan, Musa berkata: ‘Apa yang kamu lakukan itu,
itulah sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidakbenaran
mereka. Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsung
pekerjaan orang-orang yang membuat kerusakan. Dan Allah akan mengokohkan
yang benar dengan ketetapanNya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa
tidak menyukai(nya).”
Surat Thaha ayat 65-69 yang bunyinya :
“Mereka bertanya,’Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang melemparkan
(dahulu) atau kamilah yang mula-mula melemparkan?’ Musa
menjawab,’Silahkan kamu sekalian melemparkan’. Maka tiba-tiba tali-tali
dan tongkat-tongkat mereka, terbayang oleh Musa seakan-akan ia merayap
cepat lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami
berfirman: ‘Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling
unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu,
niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat, sesungguhnya apa yang
mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak
akan menang tukang sihir itu dari mana saja ia datang.”
Setelah selesai membaca ayat-ayat tersebut di atas hendaklah diminum sedikit airnya dan sisanya dipakai untuk mandi.)
Dengan cara ini mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menghilangkan penyakit yang sedang dideritanya.
4. Cara pengobatan lainnya, sebagai cara yang paling bermanfaat ialah
berupaya mengerahkan tenaga dan daya untuk mengetahui di mana tempat
sihir terjadi, di atas gunung atau di tempat manapun ia berada, dan bila
sudah diketahui tempatnya, diambil dan dimusnahkan sehingga lenyaplah
sihir tersebut.
Inilah beberapa penjelasan tentang perkara-perkara yang dapat menjaga
diri dari sihir dan usaha pengobatan atau cara penyembuhannya, dan
hanya kepada Allah kita memohon pertolongan.
Adapun pengobatan dengan cara-cara yang dilakukan oleh tukang-tukang
sihir, yaitu dengan mendekatkan diri kepada jin disertai dengan
penyembelihan hewan, atau cara-cara mendekatkan diri lainnya, maka semua
ini tidak dibenarkan karena termasuk perbuatan syirik paling besar yang
wajib dihindari.
Demikian pula pengobatan dengan cara bertanya kepada dukun,’arraaf
(tukang ramal) dan menggunakan petunjuk sesuai dengan apa yang mereka
katakan. Semua ini tidak dibenarkan dalam Islam, karena dukun-dukun
tersebut tidak beriman kepada Allah; mereka adalah pendusta dan
pembohong yang mengaku mengetahui hal-hal ghaib, dan kemudian menipu
manusia.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan
orang-orang yang mendatangi mereka, menanyakan dan membenarkan apa yang
mereka katakan, sebagaimana telah dijelaskan hukum-hukumnya di awal
tulisan ini.
Kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kita memohon, agar seluruh kaum
muslimin dilimpahkan kesejahteraan dan keselamatan dari segala
kejahatan, dan semoga Allah melindungi mereka, agama mereka, dan
menganugerahkan kepada mereka pemahaman dan agamaNya, serta memelihara
mereka dari segala sesuatu yang menyalahi syari’atNya.
catatan:
Ayat alquran yg dibaca adalah yg berbahasa arab, bukan terjemahannya
sedangkan doa selain ayat alquran maka sebaiknya juga berbahasa arab
sebagaimana yg tercantum dlm hadits-hadits, bkn terjemahannya
Sedangkan doa2 yg tidak terdapat dlm hadits, yaitu doa dgn susunan kata buatan sendiri, maka boleh berbahasa indonesia
Sumber artikel : http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=73